Sunday, September 26, 2010

Remember The Best, Forget The Rest (by Rick Warren)

Received, read, and prayed on this few days ago. Just thought I would share this. Cheers, Rubs =)
---


"I thank my God every time I remember you." Philippians 1:3 (NIV)

"Paul chose not to remember the painful; instead, he focused on the things he could be grateful for. "

What do you remember about people?  The good experiences or the bad experiences?  Paul said, "I like to remember the good things about people, focus on the good times we've had, remember the positive experiences."

When Paul said this he had not had an easy time in Philippi. Acts 16 tells us that when he went to Philippi he was illegally arrested, whipped, humiliated, and thrown into prison -- before finally being asked to leave town. Yet he says, "I thank God every time I remember you."

Paul could have dwelt on the negative.  He could have remembered the painful memories.  He chose not to remember the painful; instead, he focused on the things he could be grateful for. 

Maybe you have been hurt in the past by a parent or a partner and you're still holding on to that hurt.  As a result you can't enjoy being around them today.  You're still focusing on the bad and the negative.  Be grateful for the good in people.  Pleasant memories are a choice.  I can choose what I'm going to remember about the past.

I'm not saying that you deny the hurts you've had or that you excuse the weaknesses in other people.  That is psychologically unhealthy.  But focus on the good and choose to emphasize the strengths. 

I hear wives say, "He's a good man, but ... ."  Anytime you hear "but" it means the emphasis is on the negative not the positive. Be grateful for what you've got!  Mr. Perfect does not exist! I've heard the same thing from husbands, but Mrs. Perfect does not exist!

If you want to enjoy others, you've got to focus on their strengths and not their weaknesses.  With some people it takes a lot of creativity.  But you can find something good in everybody.

Monday, September 20, 2010

Forever Once, Once and For All




we built us home
from stacks and stones
our skin and bones
forever once, once and for all
you shall paint it bright, yellowish sunshine
i shall color it right, white it is white
we put a door only us can pass
we smiled on the greens looking through the window wides
once and for all, forever shall pass
we built us a home
from stacks and stones
our skin and bones
you bring your melodies and meet my harmony
we make lullabies and stories

beautiful beautiful stories

Tuesday, September 7, 2010

Ngalong di Nasi Kalong // Bandung Kuliner #2

Waktu menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Kurang dari satu jam semenjak menginjakkan kaki di Kota Bandung, perjalanan yang panjang, angin yang dingin, dan rasa kantuk yang hampir tidak ada membuat Pumba (yes, i name my stomach =p) laparrr. Sehabis dari kost-an Bung P.A.R.T.O meluncurlah langsung saya dan teman-teman ke daerah jalan Riau. Lampu-lampu terang Factory Outlet yang ramai di daerah ini sudah redup, namun ada satu signage yang menyala terang benderang "NASI KALONG  TOP MARKOTOP" tulisnya dalam warna merah dan kuning yang menantang.



Tanpa pikir panjang merapatlah kami langsung dan terkaget-kaget melihat antrian yang cukup panjang. Ternyata banyak juga yang makan 5 kali sehari (pagi, siang, sore, malam, tengah malam) seperti saya (kadang-kadang). =p FYI, Nasi Kalong memang khusus buka dari pukul 9 malam sampai 3 subuh. Cocok kan buat yg suka ngalong. Nah, pilihan makanan dimulai dengan nasinya, nasi merah atau nasi putih. Dengan otak yang sedikit logis dan untuk pembenaran nantinya, saya pilih nasi merah yang lebih rendah karbo-nya. Hehe. Pilihan berikutnya pada lauk-pauk yang tidak lebih dari sepuluh macam (seingat saya), dan setelah menimbang, meneliti, menelaah akhirnya saya putuskan untuk mencoba daging sapi roll-nya, fried chicken karaage, dan cah buncis yang konon katanya menu termutakhirnya.
Nah itu dia penampakannya di atas. Lantas apa verdict-nya untuk makanan yang saya lumat dalam waktu kurang dari 5 menit ini ?

UENAK! MAK NYUS! TOP MARKOTOP!

Basi yah komentar gua. HAHAHA. Oke, ulang deh, aci-aci. Lantas apa verdict-nya untuk makanan yang saya lumat dalam waktu kurang dari 5 menit ini?

SE! *wait for it* DAAAAAAPP! *slurrppp*

Nah itu orisinil dikit. HEHEHE. Tapi beneran deh (saya mau suer, tapi kata bible nda boleh suer dalam nama apapun), so iyah, buncis-nya memang saya akui se-pe-syallll, pertama karena kondisi-nya yang masih fresh (bisa dilihat dari hijaunya), gemuk berisi, renyah, dan bumbunya. Entah bumbu apa yang dipakai namun campuran manis dan asinnya komplemen dengan empuknya nasi merah, pedasnya sambal, crispynya ayam goreng boneless. Tidak menyesal sungguh tidak menyesal, walaupun mungkin lemak sedikit bertambah di beberapa sisi, namun its all WORTH IT!

Ya sudah, ini sudah mulai malam, nanti saya takut saya lapar dan kalap. Sampai jumpa di makan-makan berikutnya. =D

Smile on, Shine on.
Rubs
Snack on my tweets @captainruby
Email me at fellexandro.ruby@gmail.com

 

Friday, September 3, 2010

Kambing Bakar Cairo Garia -- Bandung Kuliner #1

Bandung, kota yang buat saya identik dengan dua hal, FO (Factory Outlet) dan Pisang Bolen yang belinya kudu antri, berdesak-desakan dan tidak pernah sepi. Namun setelah perjalanan saya beberapa minggu lalu, muncul hal ketiga yang bisa saya identikkan dengan Bandung yaitu Kuliner-nya yang tidak kalah dengan kota-kota lain di Indonesia. Bersyukur dalam trip kali ini, saya ditemani oleh seorang juragan Palembang yang lama merantau dan hidup di kota Bandung. Inisial beliau: P.A.R.T.O. Dia lah yang membawa saya menikmati suguhan nikmat yang belum pernah lidah saya jamah sebelumnya. Kali ini saya mau memulai dengan Kambing Bakar Cairo Garia.

Dari namanya sudah bisa terbayang. Kambing yang ternyata direbus dalam kuah bumbu selama beberapa jam lamanya agar wanginya meresap dan guratan-guratan dagingnya meremah dan merekah terlihat sangat menggiurkan apalagi saat dibakar dan asapnya terhirup. Dijamin saraf langsung mengirimkan pesan ke kelenjar mulut untuk mengalirkan air liur tanda lapar sudah tak bisa ditunda. Berikut penampakannya.


Setelah kurang lebih 10 menit dibakar, daging ini pun tampak semakin menggiurkan dengan guratan-guratan hitam setengah gosong. Oh iya, saya lupa, yang saya pesan di bawah ini adalah kambing bakar 500 gram. Ada beberapa pilihan menu, 250 gram, 350 gram, 500 gram dan pilihan potongan paha atau dada. Yang ini jelas dada yang penuh dengan daging dan sekilas terlihat juga lemak-lemak gurih yang masih melekat pada tulang iganya. Ini bagian yang nikmat sekali di lidah. Mohon maaf untuk foto yang kurang mumpuni karena jujur kata, tak sabar saya melumat daging kambing yang super-empuk dan super-lembut ini. Saya hanya mengambil 3-4 shot tanpa banyak berpikir dan bergegas mengaduk sambal spesialnya.




Nah, ini dia sambal yang menurut saya juga menambah citarasa Kambing Bakar Cairo. Saya adalah penikmat sambal dengan kecap manis. Buat saya ini mix yang pas, cabe rawit dan kecap. Sambal Cairo menambahkan bumbu lain yaitu lada yang membuat saya semakin wooooosaaaah ketika makan. Keringat memenuhi dahi dan pipi. Oh iya, dagingnya pun saya temukan tidak ada bau yang menyengat seperti daging kambing yg salah diolah.



Nikmat tiada tara. Nikmat tiada tandingannya (sampai saat ini). Betul-betul perlu dicoba bila ada teman-teman foodies yang berkunjung ke Bandung, mampirlah ke Geger Kalong Hilir No. 25, dan rasakan nikmatnya daging yg juga konon katanya si pemilik masih resep turunan dari dapur neneknya di Cairo yang membuat dagingnya rendah kolesterol dan aman untuk mereka yang mengidap darah tinggi.

YUM!

Makanlah sebelum makan itu dilarang,

Cheers,  
Rubs
Snack on my tweets @captainruby

 
Real Time Analytics