Friday, June 25, 2010

Family Business -- Kolaborasi Ayah & Anak

Banyak teman-teman saya yang mempunyai bisnis keluarga mengalami dilema yang sama. Orang tua menyekolahkan anak-anaknya jauh ke negeri seberang atau bahkan sampai negeri acek/ciu-ciu/tsu-tsu/apek Sam (paman sam maksudnya. kentang bgt ye ni jokes. haha. jokes internal tionghoa nih, maap, abis ini dilema banyak bgt di family business mereka) dengan harapan memberikan yang terbaik. Dan memang yang terbaik yang mereka dapat. Namun ketika sang anak dilibatkan dalam operasional bisnis seringkali kepemimpinan orang tua merajalela di mana-mana sampai pada titik dimana sang anak merasa tidak mempunyai peran atau bahkan bertanya "why do you put me here, if nothing i say matters? what's the use of sending me abroad,  years of learning, just to go back to the old-days daddy-management?"


Opini dan sudut pandang yang berbeda memang lazim terjadi, namun kalau otoritas orang tua yang kembali mengatasi segalanya dalam bisnis, apakah ini sehat? Kalau saya melihatnya sih tidak. Dari anak sendiri tidak boleh berharap dalam waktu cepat dia bisa langsung meroket dan mengambil kendali penuh. Harus ada titik temu diantaranya. Berikut adalah petikan wawancara dari Majalah SWA edisi Juni dengan founder Jawa Pos yang akhirnya sukses me-regenerasi kepemimpinan & manajemen dan akhirnya mengepakkan sayap bisnisnya lebih lebar lagi. Parents & the successors should read this. This is wisdom from the pro who has been there and done that.



Sekarang, posisi saya Chairman Group Jawa Pos. Benang merah yang harus dipahami oleh seluruh pemimpin di Grup Jawa Pos adalah percaya bahwa di setiap zaman itu punya generasinya tersendiri, dan setiap generasi itu punya zamannya tersendiri. Nah, agar bisa lintas generasi alias bisa diterima di setiap generasi, pahamilah hal tersebut lebih dulu dengan sikap mau menerima, berpikiran terbuka, dan fleksibel. Kalau tidak paham akan hal tersebut, jangan coba-coba bisa menjadi pemimpin. Jadi, pahamilah kalau setiap zaman itu pasti ada bedanya dan pelakunya. Jangan pernah ngotot untuk bisa terus memimpin di zaman yang sudah bukan zamannya lagi. Sesungguhnya, itu sama saja dengan omong kosong. Saya saja menyadari kalau sudah bukan zaman saya lagi memimpin dengan tipikal dan cara saya di zaman sekarang. Sudah saatnya alih generasi. --  Dahlan Iskan



Itu wisdom  dari sang ayah yang anaknya sendiri harus merangkak dari reporter terbawah di Jawa Pos, dan mengikuti semua jenjang selama bertahun-tahun dan melewati performance test sampai akhirnya menjadi direktur. Nah, berikut adalah perspektif lain dari posisi anak, dialah Jefri Darmadi yang sekarang dipercayakan ayahnya untuk memimpin PT. Jakarta Setiabudi Internasional (pemilik dan pengelola Setiabudi One, Hotel Hyatt, Formule One, dan sejumlah properti lainnya).


Prinsipnya, saya bukanlah ayah saya. Saya adalah anak ayah saya. Sehingga, nilai-nilai yang ia ajarkan bagi saya sifatnya timeless. Saya bisa pakai itu dalam banyak hal. Perbedaannya adalah waktu dan zaman. Apa yang telah ayah berikan kepada saya dan apa yang telah dia contohkan pada saya, akan saya lakukan dengan cara saya sendiri. Zaman dan tantangan yang kami hadapi berbeda. Jadi yang terpenting bagaimana saya harus berbuat agar bisa konsisten dengan garis besar yang telah ayah ajukan. -- Jefri Darmadi



Mungkin ini bisa menjadi trigger untuk teman-teman atau parents yang mempunyai family business untuk berpikir lebih jauh, mengubah perspektif, membicarakan titik temu semua lebih untuk jangka panjang bisnis keluarga anda sendiri. Lebih lengkapnya sih tetap beli saja majalah SWA dua kopi, satu untuk anda, satu untuk ayah anda lalu diskusikan. Kalau ayah anda sangat otoriter yah tinggalkan saja majalah di meja kerjanya atau di toilet di sebelah jamban favoritnya, atau di ruang tamu tepat di halaman yang anda mau ia baca. Dan berdoa semoga dia tergerak. Hehe.

Tersenyumlah, Bersinarlah.
Rubs

Wednesday, June 23, 2010

Ketika Saya Kesal & Tuhan Menoyor Saya

Selamat Pagi! (atau selamat siang untuk sebagian orang yang sudah terbangun sejak jam 5 pagi)

Pagi tadi saat saya memundurkan mobil saya dari garasi rumah, tepat saat posisinya menyilang di tengah-tengah jalan kakak saya berteriak sebuah teriakan yang merenyuhkan hati. Katanya: "Rub, ban belakangnya tuh bocor!." (renyuh pertama). Seakan-akan belum cukup hati saya diombang-ambing di pagi yang seharusnya ceria dia melanjutkan: "Bocornya PARAH BANGET tuh!". Seakan-akan kata 'parah' belum cukup negatif sampai harus ditambahkan kata 'banget'. (renyuh kedua).

Dengan wajah bercaci-caci, mulut menggampar pintu, tangan menyumpah serapah. Anda pasti bertanya "Ya ampun Rubyy, lebay banget cuma ganti ban aja pake erosi". TUNGGU! Sebelum anda judge coba berhenti dulu. This is my defense, semua dimulai di hari Minggu kemarin yang diakhiri dengan kanvas rem yang aus dan pastinya harus saya ganti. TIDAAAAAAAAKK (suara raungan dompet yang sudah tipis dan terpaksa harus memakai credit card). Akhirnya yah sebagai model lelaki yang dewasa, saya bertanggung-jawab atas semua konsekuensi tindakan saya.

Senin pagi, saya yang seharusnya datang tepat waktu ke kantor (8.30 -red) harus terlambat karena mengantar sang mobil ke bengkel terdekat dan ternyata mobil harus ditinggal sampai sore. Dan saya pun harus memanggil taksi. Dan saya harus menunggu 20 menit untuk taksi itu. Dan setelah di taksi ternyata tol harus macet karena ada kecelakan di kilometer sekian-sekian. Dan dan dan dan (saya tahu saya tidak seharusnya menggunakan dan untuk awal kalimat, tapi yah, WTF) dan dan dan harus membayar ekstra untuk taksi. Dan baru tahu naik taksi dari Pluit ke Kemayoran itu 80 ribu, yaiks isi bensin bisa tahan tiga harii keliling kota. Dan ketika pulang sorenya dan menjemput si mobil terlihatlah tagihan yang bisa mendapatkan saya sebuah HP Samsung Corby (yang bergambar duo Dian Sastro dan Soe Hok Gie itu loh) plus sebuah HP Esia mini (yang garansi setahun tapi biasanya 6 bulan sudah error tapi gengsi dan malas ganti).

Selasa, terjadi kembali hal yang kurang-lebih-kurang sama. Keluar dari rumah sungguh tepat pada waktu namun kembali sampai di kantor terlambat. YES! Karena apa? Another traffic jam karena truk mogok.

Dan Rabu which is today, that thing above happened. Oh iya saya belum bilang kalau saya harus ganti ban dll, dengan keadaan yang sedang sakit pinggang a.k.a HNP. ><

So, dalam perjalanan ke kantor saya bertanya pada Tuhan: "Kenapa sih gue ga bisa ye ngantor on-time. Kenapa berapa hari ini selalu ada aja yang reseh. Maunya Lo apa sih?" (Yes, g and Tuhan g emang sohib, that's how close we are, so don't judge this conversation)

Jawab Dia dengan simple: "The very fact that you're cranky over these small things is the very reason and the very thing that I want you to grow."

Saya: *jlebbbbbb!* *stokedshockedstabbedcramped*

Dan disanapun saya diingatkan (lagi), Tuhan gak tertarik mengubah keadaan, Dia lebih pengen mengubah gua. Hal-hal seperti ban bocor, macet, atau contoh-contoh lain seperti mobil mogok, hujan besar, macet karena tabrakan, dan sejuta hal kecil yang mengganggu lainnya pasti bakal datang dan akan datang di waktu yang tidak terduga. Tujuannya satu: untuk membuat kita tersenyum. Kenapa tersenyum? Yes, tersenyum karena tahu masih ada Dia yang mengijinkan hal itu terjadi untuk menumbuhkan kita. Dan tersenyum karena hal hal seperti itu sudah tidak punya kendali lagi terhadap mood kita. Semoga anda tersenyum setelah membaca tulisan singkat ini. (SINGKAT!??? Muke gileee lo singkat <--- my alter ego speaking) Atau paling tidak tersenyum ketika suatu hari hal-hal yg rese mendatangi anda dan anda pun teringat tulisan ini.



If a small thing has the power to make you angry, does that not indicate something about your size? ~Sydney J. Harris



Smile on, Shine on!
Rubs
(follow me on twitter @captainruby, I promise I won't be cranky =p)

Tuesday, June 22, 2010

[Photo Review] Makaroni Panggang Bogor

Halooo, sudah cukup lama semenjak postingan saya yang terakhir. Apa kabar semua? Masih doyan makan? Gooooood! Let's get drooling then.

Perjalanan kali ini mengincar Makaroni Panggang yang pernah saya cicipi rasanya beberapa tahun silam (YES! akhirnya bisa pake kata 'silam' -- berasa hebat =p). Rasanya sudah samar sekali, namun alam bawah sadar saya entah mengapa sudah tertanam kalau makaroni panggang itu enak! Penasaran karena lupa rasanya, akhirnya saya dan beberapa kawan berangkut-angkut dari Jakarta menuju kota Hujan itu.

Dan BINGO! Kota Hujan itu benar-benar diderasi titik air hujan hingga saya mengorbankan sepatu saya tenggelam dalam genangan air. Pakaian tersiram rintiknya hujan. Sungguh sebuah perjuangan. Tapi semuanya terbayar lunas waktu hidangan di bawah ini disajikan.

Buat saya highlight'nya tetep Makaroni Panggang-nya yang memang specialty-dish nya. Inovasi yang coba dibuat seperti Lasagna Gulung menurut saya (maaf) kurang menghibur lidah saya dan kawan-kawan. Akhirnya menu ini bersisa. Saya lebih menikmati mengambil foto nya dibandingkan dengan mengunyah rasanya di mulut. Sekali lagi makaroni panggangnya JUARA! Dan saya pun merekam kembali di amygdala saya betapa nikmatnya paduan rasa cheese yang kental dengan wangi beef yang bercampur dalam lembutnya lapisan makaroni. Ternyata my subconcious was right. Andai sarapan saya setiap hari ini. Woooh, pasti hari-hari saya dimulai dengan senyum yang merekah (dan perut yang membulat).

Okelah, daripada banyak berbicara (dan semakin susah menahan ludah), lebih baik sambangi langsung Jalan Salak No. 24 Bogor. Oh and photos are courtesy of my own and the amazing stylist Andrea Sharon. =)
Tersenyumlah, Bersinarlah.

Rubs

(follow me on Twitter @captainruby)






Monday, June 14, 2010

[Teaser] War of Art. -- Break Through The Blocks and Win Your Inner Creative Battles

 Most of us has two lives. The life we live and the unlived life within us. Between the two stand Resistance | Steven Pressfield



Resistance is the force that keeps us from becoming what we were born to be, the hesitation that keeps us from taking that first step to our new life, the sound inside our head keeping us contented in where we are and not moving forward. Do you know that Hitler wanted to be an artist? That at the age of eighteen, he took out his inheritance, about 700 Kronen (100 USD at the time that might worth about 1200 USD at today's currency) and enrolled in Academy of Fine Arts in Vienna and then move to The School of Architecture. The question is: Have you ever even seen one of his paintings or artworks? Hmm, me neither. And so Pressfield in his book believe that it was so much easier for Hitler to start World War II then sitting in front of his desk facing the blank canvas.

Have you ever signed up for gym, got fired up for three weeks then absent for months, oh in fact, you forgot that you're still a member until your parents start asking "I never see you going to gym again, why do they still charge my credit card?" or simply quit a diet halfway?

Have you ever bought yourself a brand new treadmill that ended up in your storage room, dusty, unused, and maybe enlisted in e-bay for a quick auction?

Have you ever got a guitar, make a band who then got disbanded right away after you failed in a competition. Now you think about that Strats as you read this line. How you miss strumming your fingers on it.

Have you ever wanted to join a cause, volunteered to help the poor, save the world? Then there you are now thinking about the life you dream to be living, the person you could and should've become?

Are you an entrepreneur who never start a venture?
Are you a writer who doesn't write?

Then you know The Resistance. And man I'm telling you, get a copy of this book down here. Save yourself.




Smile on, Shine on.
Rubs

Thursday, June 3, 2010

[Photo] Show Me Your Friends & I'll Show You Your Future

My pastors have always been reminding the statement above. For me it has grown more than just a statement, I've been living it for quite some time now. I've seen how much I've grown with my new circle of friends. Here's some of them. People who are passionate about what they do that their work has become an outgrow of who they are. People who are fighter. People who are dependable. They have influenced me so much in many positive ways. Let me introduce them in order of appearance.

Henry Gerson -- He was already an editor-in-chief of Nu:B Magazine when he was still pursuing his study in university. Been working with him on developing creative concept for videos. An amazing writer, he once pulled on four episodes of script in a night. Have a look at his thoughts and musings here http://henrygerson.blogspot.com or http://henrygerson.tumblr.com

Cathrine -- A great business woman and a rising entrepreneur at a very young age. Now in charge of her own logistic company collaborating with one of the biggest logistic service company in the world. A tirelessly fun, brave, and warm person. You might bump into her 20 feet under the water among the fishes with her underwater camera and oxygen tube. Find her creativeworks here http://sunwithcameras.tumblr.com

Andrea Sharon -- An interior designer by major. A passionately creative person overall. Her products developed for one design show has granted her sold out stocks and a trip to Paris to observe the city of art and to represent Indonesia with her creative product. Her attention to details (or OCD as i might recall) superbly support her as contributor to Living Etc. magazine. I wish I have her eye, the way she see things is just extraordinary. Proof? Here: http://wonderealand.tumblr.com

Silfi Aprilia
-- Einstein said "I'm not a genius, im just passionately curious". Ha! This girl is just passionately curious about styling and make-ups. A very expressive, friendly, and fun person, you would enjoy every second of having yourself styled and pampered by her make-up skills. She's on her way to the top.

Claudia Veiling --
While others enjoying a nice weekend, she stayed at home finishing the work her boss' assigned to her. Simple truth about dedication, commitment, and passion. With her fun and joyful upbringing she's always at the end of our chain-of-fun-teasing-and-mockery. Haha. We love her though. A collector of papers, you might want to share stuff with her one day.

Monic Christian
-- Elegant. She'll probably be the closest mother figure among us at this moment. In fact, o wait. I shouldn't be too frank. A warm person, I didn't remember our first meeting, I just remember we become friends right away. A generous person and such a supportive friends. You would want her to be around all the time.

Everyone
-- There's a drummer, there's a top banker, there's everyone above.

To friends that are not featured here (yet) you know you're as precious as them to me. You just happen to miss the photo session. HAHA. Otherwise you'll be here. And from me, photography is one of the things I'm passionate about. Here's my way of contributing. I know I'm circled with the right crowd who could inspire and support me. How about you? Show me your friends and I'll show you your future.

Smile on. Shine on!
Rubs









Real Time Analytics