Wednesday, June 15, 2011

Misteri - Sate Penyu, Sate Babi, atau Sate Celeng ?

Om Swastiastu!

Ini akan menjadi salah satu post berbahasa Indonesia dari sekian banyak post saya sebelumnya dalam Bahasa Inggris. Bukan sombong bukan congkak, but I do feel I write better in English. (tuh kan balik lagi =p) Dan sebenarnya, saya ingin sekali kuliner Indonesia bisa dikenal dan dinikmati juga oleh foodies di luar Indonesia. Itu salah satu alasan utama saya. Alasan lain, saya memang bisanya Inggris saja, haha. Alasan terakhir, kalau saya pake Hokkian situ bisa keblinger.

Nah dalam perjalanan saya menyusuri Bali beberapa kali terakhir, saya selalu menyempatkan diri untuk menikmati sate yang satu ini. Rasanya sangat khas, dan sulit saya lupakan. Terletak di Jalan Patih Jelantik, masih seputaran Kuta, sate ini sudah ngebul mulai pagi sampai sore. Ini penampakannya.







































Daging yang empuk dan juicy, dibalut dalam bumbu rempah yang wangi. Plus siraman sedikit pedas rawit pada kulit terluarnya. Satu porsi saya jamin tidak cukup. Saat itu pun saya menghabiskan dua porsi back to back dan masih nagih. Benar-benar nendang rasanya. Untung diingatkan oleh teman-teman kalau setelah itu masih akan menyambangi resto lain. Hehe.








































Yang masih menjadi misteri untuk saya adalah daging apa gerangan ini? Kalau teman-teman yang asal Bali bilang dari dulu mereka menyebutnya Sate Penyu. Tapi dalam benak saya, daging penyu itu enggak murah loh. Kenapa saya tau? Ehm, ada teman saya yg mantan exportir tapi sudah tobat kok. Suer. Tidak mungkin rasanya melihat harga per porsinya yang cukup ekonomis, hanya Rp. 10.000,- saja.

Lalu pada kesempatan kali ini saya beranikan bertanya pada sang udang di balik batu ibu di balik kipas sate. Beliau bilang kalau ini daging babi (namun dengan wajah yg mencurigakan). Tapi paling tidak lega lah saya setelah tau kalau saya bukan baru saja melumat salah satu hewan yang dilestarikan. *fiuh* Belum selesai saya menikmati info terbaru ini, sang supir yang mengantar lalu menyeletuk kalau yang baru dimakan itu Sate Celeng (Babi Hutan / Babi Dewasa)

Entahlah. Babi. Penyu. Celeng. Saya pegang prinsipnya trio Kwik, Kwek, Kwak saja "Makanlah selama makanan itu enggak makan balik."

Salam,

Fellexandro Ruby
Babivora (Pemakan Babi Segala Jenis), Food Blogger & Photographer

Cemal-cemil tweet saya di @wanderbites

14 comments:

  1. BABIVORA! HAHAHA! HAHAHA! Aku ngakak dari awal baca bahasa indomu babe... but me likey this post! ^__^

    ReplyDelete
  2. kalo beneran celeng, celeng emang enak loh dagingnya :D

    ReplyDelete
  3. @FERDIAN : HIDUP BABIVORA!
    @NIYAOKE : Nah itu dia, kalau beneran celeng, asik bener kan, soalnya g belum pernah ngerasain. Kaynya eksotis gimana gitu daging celeng. =p

    ReplyDelete
  4. gw pernah makan sate penyu tp yg di Tanah Lot, and at least abangnya claimed itu sate penyu. pas makan gak tega ya tp nambah2 terus!haha agak lega pas tau bkn penyu, but celeng...er...hahaha br tauuu klo daging celeng enak.

    ReplyDelete
  5. kalo di bali, yang dibilamg celeng itu babi ukuran dewasa, tidak selalu babi hutan.

    ReplyDelete
  6. @ZHOTER: terima kasih infonya. sudah direvisi mas zhoter =) salam pencinta babi *tos! hehehe

    ReplyDelete
  7. actually I think, you are good at writing in Bahasa too! hahaha.... * akhirnya bisa comment di blog lo nehhh

    ReplyDelete
  8. I love the last word, makanlah selama makanan itu gak makan balik!!!

    ReplyDelete
  9. Rasanya memang enak hehheh, kalo sate penyu bukannya agak kenyal? ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, dagingnya 11-12 sama daging buaya gitu. Ga kenyal" banget sih. Hehe. Kayanya pengalaman nih dengan penyu. Jangan" peternak =p

      Delete
  10. Jadi inget Obelix kalo lagi pesta makan daging celeng. Yum.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha. Gue ga baca Obelix, I wouldn't know. Haha. But thanks for the comment.

      Delete

Real Time Analytics